Lempar Lembing
Artikel Tentang Teknik Lempar Lembing
Lempar lembing adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga atletik yang menggunakan alat bulat panjang yang berbentuk tombak dengan cara melempar sejauh-jauhnya.
Cara Memegang Lembing
Cara memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Kalau dilihat pada struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai tempat pegangan yang dianjurkan, karena pada sekitar itu terdapat titik berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara memegang lembing ada tiga macam yaitu: pegangan cara Amerika (American Style), cara Firlandia (Firlandia Style), cara Jepit Tang (Tank Style). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini.
Cara Membawa Lembing.
Cara apapun bisa dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak mengganggu kecepatan berlari”. Jadi dalam membawa lembing yang sering biasa dilakukan para pelempar adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing serong ke atas, maupun serong ke bawah dan posisi mendatar dalam posisi tersebut otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Ada juga yang membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya. Namun sedikit hambatan untuk mendapat kecepatan awalan yang optimal.
Cara Awalan Lari Lempar lembing.
Awalan adalah gerakan permulaan dalam melempar lembing. Awalan dilakukan dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan.
Awalan lari, pelempar berlari sambil
membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku menghadap ke depan
dan telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis
paralel dengan tanah. Bagian terakhir awalan terdiri dari langkah silang atau
sering di sebut dengan “cross steps”.
Pada bagian awalan-akhir ini kita mengenal beberapa cara, di antaranya: a).
Dengan jingkat (hop-steps), b).
Dengan langkah silang di depan (cross-steps),
c). Langkah silang di belakang (rear
cross-steps). Sedangakan mengenai panjang awalan seperti dikemukakan
Ballesteros (1993:117) bahwa “Panjang lintasan awalan harus tidak lebih dari
36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel
4 m terpisah dan lebar garis 5 cm"
Peralihan (cross steps), saat kaki kiri
diturunkan, kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai
bergerak atau diluruskan ke arah belakang, dan disini secara berlahan-lahan
titik pusat gravitasi turun yang sebelumnya meningkat selama melakuakan awalan
lari. Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke arah
belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas kaki
kiri, dan ini menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang.
Perputaran kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan
bagian bawah serta meninggalkan lembing dengan baik di belakang badan.
Pandangan kedua mata selalu lurus kedepan. Ketika tungkai kanan mendarat dalam
posisi setengah ditekuk diakhir langkah silang (cross steps), angkatlah tumit kanan saat lutut bergerak maju, dan
bukalah kedua tungkai dengan cara melangkahkan kaki kiri selebar mungkin ke
depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke
samping dan pastikan lembing masih dipegang dengan baik di belakang dengan
tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu. Pergelangan tangan
dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas agar ekor lembing
tidak kenak tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat menyilang dada.
Fase akhir, Ketika kaki kiri di turunkan
di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan dimulai, ditandai
oleh sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut dilanjutkan dengan pelurusan
tungkai. Segera bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas dan
lembing diluruskan di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah disusul
kemudian dengan memutar kaki kanan ke dalam dan meluruskannya sambil lutut
kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi membusur dari badan
dan meregang kuat bagian otot depan.
Cara Melempar Lembing
Pada saat
lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa kebelakang dengan
tangan lurus diputar kedalam, badan direbahkan kebelakang dengan lutut kaki
kanan, kemudian bersamaan dengan membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya
keatas kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya
dari atas kepala kedepan sehingga tangan lurus dan dibantu dengan menolakkan
kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan kedepan, kemudian lembing dilepaskan
pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing.
Cara Melepaskan Lembing
Gerakan pelepasan lembing adalah
gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, bahwa bahu, lengan atas, dan
tangan bergerak berurutan. Mula-mula bahu melempar secara aktif di bawa kedepan
dan lengan pelampar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas. Pelepasan
lembing itu terjadi di atas kaki kiri, lembing lepas dari tangan pada sudut
lemparan kira-kira 45 derajat dengan
suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan
meluncur di tanah, pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari
pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan
kepala dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri
ditekuk dan memblok selama pelepasan lembing
Pelepasan Lembing.
Saat melempar lembing diperlukan keseimbangan badan untuk
mempertahankan posisi tubuh ketika melempar agar tidak terbawa ke depan yang
dapat mengakibatkan diskwalifikasi. Tubuh mengupayakan untuk menjaga
keseimbangan dengan memusatkannya pada satu kaki tumpuan, keseimbangan
dipengaruhi oleh letak segmen-segmen anggota tubuh. Ketika hendak melempar
lembing maka moment gaya juga harus kita perbesar sebab semakin besar moment
gaya maka gaya yang dihasilkan juga akan semakin besar, sehingga dapat
menghasilkan lemparan yang jauh. Semakin besar power kita dalam melempar maka
akan semakin besar pula kecepatan benda tersebut.
Sikap Badan Setelah Melempar Lembing
Setelah kaki
kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki diangkat kebelakang lemas
lalu badan agak miring dan condong kedepan kaki kiri ke belakang lemas kemudian
tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat keperut dan
tangan kiri lemas kebelakang sehingga pandangan kearah jalannya lembing sampai
jatuh.
Faktor Yang
Mempengaruhi Hasil Lempar Lembing.
Pelempar lembing adalah seseorang yang mempunyai daya ledak
otot lengan bahu yang besar dan mempunyai kekuatan serta ketepatan langkah
dalam melakukan awalan sebelum lembing dilepaskan (Adisasmita, 1986:7). Oleh
karena itu pelempar yang tidak mempunyai ketepatan dalam melangkah sama halnya
tidak mempunyai harapan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Unsur dasar dari
suatu prestasi lempar lembing adalah ketepatan dalam melangkah pada saat
awalan, hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan
seseorang untuk melempar sejauh mungkin. Disamping itu faktor utama yang harus
diperhatikan adalah cara pegangan dan unsur fisik seperti kekuatan, kelentukan,
kecepatan dan daya ledak otot. Komponen-komponen ini tidak boleh diabaikan oleh
pelempar, pelatih termasuk juga guru penjas dalam mengajar.
Faktor Lain Yang Harus di Perhatikan pada saat Melempar Lembing.
Kemudian faktor lain yang mempengaruhi hasil lempar lembing
adalah kesalahan dalam melakukan lemparan, ada beberapa kesalahan yang sering
terjadi ketika melakukan lempar lembing, yaitu sebagai berikut:
1). Kecepatan
lari tidak diatur meningkat. Dari awal larinya cepat terus atau sebaliknya
terlalu lambat.
2). Sewaktu lari, lembing didiamkan saja
3). Setelah langkah
silang, pelempar berhenti dahulu
4). Kaki kanan tidak dikencangkan
5). Lemparan
tidak diikuti siku kanan
6). Kaki kiri tidak dilangkahkan pada saat akan
melempar
7). Lepasnya lembing tidak melewati atas pundak kanan
8). Sudut lempar
kurang atau terlalu besar
9). Tidak dapat memelihara keseimbangan
Peraturan
Umum Dalam Lempar Lembing.
Peralatan Lembing.
Lembing terdiri tiga bagian yaitu;
mata lembing, badan lembing dan tali pegangan. Badan lembing terbuat
dari metal
dan mata lembing yang lancip terpasang ujung depan yang panjang.
Peraturan tentang spesifikasi lembing putra dan putri adalah sangat
komplek, dalam rangka menjamin melayang dan menancapnya lembing yang
sah.
Manager Teknik harus berhati-hati dalam menjamin bahwa semua lembing
yang akan
digunakan dalam suatu perlombaan harus memenuhi semua peraturan dan
ketentuan
yang ditetapkan.
Berat lembing untuk putra adalah 800 gram, sedangkan
lembing
putri 600 gram. Panjang lembing untuk putra adalah 2.60 – 2.70 m,
sedangkan
panjang lembing putri 2.20 – 2.30 m.
Lintasan Awalan Lempar Lembing.
Panjang
lintasan awalan lempar lembing harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang
dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar
garis 5 cm.
Lengkung Batas Lempar Lembing.
Lengkung
lempar dibuat dari kayu atau meta dicat putih dipasang datar dengan tanah, dan
merupakan suatu busur atau lengkung suatu sirkel yang bergaris tengah radius 8
m. Garis lengkungnya sendiri selebar 7 cm. Garis sepanjang 0.75 m dibuat
sebagai perpanjangan dari lengkung lempar dan siku-siku terhadap garis paralel
lintasan lari awalan
Sektor Lemparan
Garis
ini terkait dengan sisi dalam garis paralel lintasan awalan yang ditarik dari
titik pusat lengkung batas lempar dengan sudut 29o
Penilaian dalam lempar lembing dilakukan
dengan menggunakan bendera putih, untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan
benar dan bendera merah untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah.
Suatu lemparan diukur dari tanda yang terdekat dengan kepala lembing, sampai ke
bagian dalam ujung lingkaran lalu mengukur antara tanda tersebut. Kemudian
beberapa unsur penilaian dalam lempar lembing adalah cara memegang lembing dan
pendaratan atau jatuhnya lembing
Dikatakan bahwa“Lemparan sah bila mata lembing
menancap atau menggores tanah di sektor lemparan, lemparan tidak sah bila
sewaktu melempar menyentuh lengkung lemparan, atau garis 1,5 meter samping atau
menyentuh tanah di depan lengkung lemparan”. Lebih lanjut Ballesters (1993:117)
menjelaskan bahwa “Suatu lemparan dianggap sah bila mata lembing harus
menyentuh tanah sebelum bagian lembing yang lain, dan jatuh sepenuhnya di dalam
atau di sisi dalam dari sektor pendaratan lembing.
0 komentar: